Untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik secara finansial kita harus mulai memikirkan investasi. Dengan begitu selain kita, harta kita juga bekerja untuk menghasilkan uang.
Masalahnya adalah, banyak orang merasa berpenghasilan pas-pasan sehingga kesulitan berinvestasi. Ternyata, masalah penghasilan pas-pasan ini tidak hanya dialami oleh orang-orang berpenghasilan rendah tapi juga oleh mereka yang berpenghasilan tinggi. Merasa “pas-pasan” lebih sering bukan karena besarnya penghasilan tapi karena gaya hidup. Menuruti gaya hidup tidak akan ada habis-habisnya. Tanpa membatasi gaya hidup, berapapun penghasilan yang diterima akan terasa pas-pasan. Jadi, kunci investasi adalah: batasi gaya hidupmu.
Link terkait: Mengapa sih Kita Harus Berinvestasi?
Hidup di jaman media dan informasi sekarang ini dimana tidak ada tempat untuk sembunyi dari iklan dan promosi, tentu sulit membatasi keinginan dan gaya hidup. Menyisihkan uang dengan menabung menjadi tantangan yang sangat berat. Mengapa? Karena menabung juga bagian dari keinginan, sehingga keinginan menabung bersaing dengan keinginan shopping, spa, meniku-pedikur, jalan-jalan, dan lain-lain. Biasanya keinginan menabung kalah bersaing karena tidak menarik.
Meskipun sulit tapi terdapat satu cara yang sangat efektif untuk menekan keinginan dan mulai berinvestasi, yaitu dengan mengambil kredit. Pinjaman menambah kewajiban bagi seseorang sehingga otomatis akan membatasi keinginan menuruti gaya hidup yang tidak ada habisnya.
Pada masa ekonomi bagus, pertumbuhan tinggi, dan inflasi terkendali maka suku bunga kredit cukup rendah, penawaran kredit melimpah, maka pilihlah kredit yang berbunga tetap. Jika kredit digunakan untuk membeli aset produktif maka sebetulnya Anda sudah mulai berinvestasi.
Apa itu aset produktif?
Aset produktif adalah aset yang dapat memberikan dua jenis penghasilan, yaitu pertama, pendapatan pasif yang diterima secara teratur mingguan, bulanan atau tahunan. Penghasilan jenis ini biasanya berupa bagi hasil, bunga, sewa, atau dividen. Kedua, penghasilan dari penjualan kembali aset tersebut. Semakin bagus aset yang dimiliki, maka harga jual kembali aset tersebut akan semakin tinggi, bahkan bisa puluhan atau ratusan kali dari harga belinya. Contoh untuk aset seperti itu adalah properti atau saham yang bagus.
(Kontributor: Lupi Hartono. Ia berprofesi sebagai pegawai Kementerian Keuangan RI tetapi juga menaruh minat besar pada isu-isu terkait investasi dan pengelolaan keuangan keluarga. Tulisan-tulisannya dapat diikuti di blog: Persiapkanpensiunanda.blogspot.com)
Anda punya masukan, informasi atau komentar? Sampaikan di sini..