Kebanyakan orang beranggapan bahwa asuransi pendidikan merupakan investasi atau tabungan pendidikan untuk anak. Well, itu juga tidak terlalu keliru, tetapi harus dipahami dengan benar. Jika tidak, nasabah bisa kecewa bila hasil yang diharapkan tidak sebesar impian.
Tujuan utama asuransi pendidikan adalah memastikan tersedianya dana sebesar uang pertanggungan yang bisa dipakai untuk pendidikan anak bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan pada pemegang polis (biasanya ayah atau ibu) dalam keluarga.
Pada saat orang berbicara tentang investasi pendidikan, yang mereka bayangkan tabungan yang akan terus bertambah sesuai dengan setoran, dan berkembang seiring peningkatan investasi. Itu benar. Jika Anda berinvestasi Rp500 ribu per bulan, maka di tahun pertama Anda akan memiliki setidaknya Rp6 juta plus hasil investasi.
Tetapi di asuransi pendidikan (…dan asuransi lainnya), uang yang Anda setor tidak semua diinvestasikan. Bila berbicara tentang asuransi, maka unsur asuransi didalamnya harus dibayar. Itulah premi asuransi. Premi ini merupakan jaminan bahwa perusahaan asuransilah yang akan menyediakan uang pertanggungan bila hal buruk seperti kematian atau cacat tetap terjadi.
Contohnya begini: Pak Amir sudah menghitung bahwa kebutuhan pendidikan anaknya, sebut saja Juliet (10 tahun) saat kuliah nanti kira-kira Rp700 juta. Lalu ia membuat polis asuransi jiwa (bukan asuransi pendidikan) dengan pertanggungan Rp700 juta. Setelah dihitung ternyata pak Amir harus membayar sebesar Rp1,5 juta secara periodik. Bukan untuk menabung semata, tetapi untuk memastikan minimal Rp700 juta itu sudah di tangan. Artinya, jika tiba-tiba ditahun kedua, pak Amir meninggal atau mengalami cacat tetap, maka uang pertanggungan sebesar Rp700 juta bisa dicairkan oleh ahli waris. Dengan demikian, Juliet tetap bisa kuliah, meski ayahnya sebagai pencari nafkah telah meninggal.
Adapun unsur investasi dalam asuransi hanyalah tambahan pelengkap. Jadi dalam asuransi pendidikan, uang yang disetor nasabah tidak semuanya diinvestasikan, sebagian dipotong sebagai biaya asuransi demi tersedianya uang pertanggungan tersebut. Misalnya saja nasabah menyetor Rp500 per bulan, maka saldo investasi di tahun pertama biasanya hanya Rp1 juta atau malah Rp 0.
Itulah sebabnya, asuransi pendidikan sebetulnya adalah asuransi jiwa. Yaitu asuransi yang menanggung akibat dari kematian si pemegang polis.
Jadi jika agen asuransi mendekati Anda dan menanyakan apakah anak Anda sudah memiliki asuransi pendidikan, maka pastikan Anda memahami apa yang dimaksud oleh agen tersebut. Jika ia menjelaskannya sebagai tabungan/investasi semata, maka agen tersebut tidaklah memahami esensi dari asuransi pendidikan.
Lagipula Anda belum tentu nyaman mengasuransikan jiwa anak Anda sendiri, dengan embel-embel asuransi pendidikan bukan? Itulah sebabnya yang disarankan untuk mengambil asuransi jiwa adalah kepala keluarga / pencari nafkah utama. Selanjutnya Anda dapat menyiapkan dan pendidikan anak dalam berbagai pilihan instrumen investasi yang baik.
Pict credit: pptbackgroundstemplates.com