Indonesia boleh makin berbangga diri sebagai salah satu negara demokrasi terbesar dunia yang semakin matang. Setidaknya 2 pemilu terakhir dijalani dengan aman. Pemilihan legislatif yang baru saja berlangsung, juga tak kalah lancar dan aman walau menyisakan sedikit noda seperti bentrokan antar pendukung yang terjadi di beberapa daerah. Tetapi hal tersebut tidak menutupi kesuksesan besar Indonesia menjalankan proses demokrasi.
Lalu kini Prabowo dan Jokowi berada di puncak pemberitaan nasional sebagai calon pemimpin Indonesia setidaknya lima tahun mendatang. Dalam proses demokrasi yang semakin terbuka karena tingginya penetrasi teknologi internet yang kini ada dalam genggaman setidaknya 70-an juta rakyat Indonesia, berbagai informasi positip dan negatif keduanya menyebar dengan mudah. Banyak informasi yang baik, tetapi tidak sedikit juga yang berupa fitnah alias black campaign yang tak bisa diklarifikasi kebenarannya. Isu-isu SARA pun sering menjadi pilihan pintas para tim sukses serta pendukung keduanya untuk saling menyerang.
Ya, dunia teknologi secara signifikan telah mengubah wajah demokrasi Indonesia menjadi lebih terbuka, praktis dan dapat diikuti oleh setiap orang. Pengerahan massa fisik ke arena kampanye sepertinya tidak efektif lagi. Sejumlah calon legislatif berkantong tebal terpaksa gigit jari karena terkalahkan oleh caleg lainnya yang lebih pandai memainkan media sosial untuk mencapai kemenangan yang mudah dan efisien dari sisi biaya. Selamat datang di dunia baru, era social media.
Kembali ke mas Jokowi dan bung Prabowo. Bisa jadi, mereka telah belajar dari kisah sukses Obama memenangkan pertarungan yang sama di Amerika Serikat. Keduanya sepertinya sangat paham akan manfaat media sosial untuk mendongkrak popularitas sekaligus mensosialisasikan diri. Berbagai informasi dikeluarkan oleh tim sukses melalui saluran facebook dan twitter. Sejumlah website dan blog tumbuh tumbuh subur mengkampanyekan jagoannya. Keduanya juga menggunakan sejumlah tokoh sebagai juru bicara yang paham benar mengkomunikasikan keunggulan pribadi dan program masing-masing cawapres. Berbagai isu negatif keduanya juga tak kalah ramai beterbangan di jagat perbincangan, mulai dari warung kopi sampai dunia maya.
Lalu siapa yang harus kita pilih?
Ini memang masanya Jokowi atau Prabowo, dan salah satunya dipastikan akan menjadi presiden RI. Keduanya memiliki kelebihan-kekurangan serta visi misi masing-masing. Jokowi banyak dipuja karena sikapnya yang merakyat, bekerja tanpa terkotak oleh kepentingan partai atau kelompok tertentu. Ia tidak ragu bertindak jika hal itu menyangkut kepentingan khalayak yang lebih luas. Sejumlah prestasi cepat dilakukan di ibukota Jakarta seperti pembenahan kawasan kumuh yang selama ini tak bisa ditangani oleh sejumlah gubernur Jakarta yang notabene dijabat oleh deretan jenderal dan ahli tata kota lulusan luar negeri.
Jokowi bekerja dari hati, seringkali melangkahi pakem-pakem birokratis yang selama ini banyak membelenggu pemimpin daerah. Kartu Miskin, diefektifkannya dengan Kartu Sehat dan pemberian layanan pendidikan gratis sampai tingkat SMU. Soal pemberantasan korupsi? Jokowi dan Basuki bahu membahu memperbaiki sistim pengadaan supaya lebih transparan dan mudah. Jabatan pun dilelang supaya lebih terbuka dan profesional. Penggunaan dana APBD Jakarta bahkan disajikan online dan dapat dilihat oleh seluruh rakyat Indonesia. Mereka yang bermain-main soal korupsi di Pemda DKI kini menjalani proses hukum.
Akan tetapi tidak sedikit yang masih meragukan kemampuan Jokowi. Jokowi dianggap kurang tegas dan tidak memiliki pengalaman dalam hal memimpin negara. Ketegasan Jokowi memang tak terbaca lewat sikap dan kata-kata. Meskipun demikian publik bisa menilainya dalam beberapa hal, selain segelintir yang disebut di atas. Dalam pemilihan gubernur DKI, ia pun menolak bantuan Megawati dan PDIP yang telah menyiapkan sejumlah peraga kampanye berupa spanduk, brosur, kaos dan sebagainya. Jokowi memenangkan pilkada tanpa mengerahkan massa atau menebar selembar brosur pun. Ia juga tidak ikut-ikutan memajang posternya di ibukota. Dalam pertarungan capres, Jokowi lebih memilih Jusuf Kalla sebagai cawapres, bukannya Puan Maharani atau calon lain dari PDIP. Jusuf Kalla jelas adalah tandem yang kuat dengan segudang pengalaman bisnis, ekonomi, dan politik.
Disisi lain, Prabowo adalah sosok yang tak kalah istimewa. Ia adalah cucu langsung dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan RI di tahun 1945, sekaligus pendiri Bank Negara Indonesia (BNI 46). Ayahnya, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo adalah begawan ekonomi Indonesia dengan sejumlah karir strategis termasuk menteri keuangan RI. Prabowo sepertinya mewarisi kecerdasan dan bakat kepemimpinan kakek dan ayahnya. Ia tercatat sebagai siswa yang cerdas dikala menempuh pendidikan militer. Karir militernya cukup cemerlang terlepas dari status sebagai menantu penguasa Orde Baru. Selepas karir militer, Prabowo aktif berbisnis dan memimpin organisasi petani dan nelayan.
Setitik noda dalam karir Prabowo dikaitkan dengan penculikan aktivis ditengah maraknya pergerakan reformasi 1998. Meskipun demikian, berita ini begitu simpang siur dan tidak pernah terklarifikasi denan baik. Banyak yang menyebut Prabowo merupakan korban dari sejumlah pihak yang berkepentingan dan mengambil keuntungan dari kacaunya situasi waktu itu. Sejumlah aktivis bahkan kini tergabung dalam partai Gerindra yang didirikan Prabowo. Prabowo pun mengaku tidak pernah menculik aktivis. Meskipun demikian, sebagai Pangkostrad ia mengambil alih tanggung-jawab tersebut dan menerima pemecatan dirinya dari karir militer yang sedang menuju puncak. Tak hanya itu, isu pelanggaran HAM yang disangkakan kepada Prabowo membuat Amerika dan sekutunya menaruh Prabowo di daftar hitam, yaitu mereka yang dilarang memasuki negara-negara tersebut.
Prabowo atau Jokowi = Indonesia Hebat
Meski bertarung memperebutkan kursi presiden RI, Prabowo dan Jowoki memiliki peluang menjadikan Indonesia lebih hebat. Keduanya bukan pemuja barang impor selama ini banyak membebani neraca keuangan kita, dan memilih untuk memaksimalkan kemandirian bangsa di segala sisi. Keduanya sepakat untuk tidak terlalu bergantung pada negara lain atau lembaga keuangan luar negeri.
Jokowi dan Prabowo juga memiliki perhatian khusus kepada petani dan nelayan. Keduanya berkeinginan membangun bank khusus untuk melayani petani dan nelayan. Industri dalam negeri pun diharapkan bangkit dan makin maju karena baik Prabowo maupun Jokowi mendorong pemanfaatan produk dalam negeri. Apakah mereka contek-contekan? Entahlah, yang jelas keduanya memang pro rakyat. Keduanya sepakat bahwa kekayaan sumber daya alam haruslah ditujukan untuk kemakmuran rakyat, sesuai amanat Pembukaan UUD 1945.
(Ingin memilih sekarang? Isi dan pantau survei-nya di sini.)
Selain itu, Jokowi dan Prabowo akan sangat mempengaruhi gaya pendekatan negara-negara asing terhadap Indonesia selama ini. Jokowi tidak ragu menolak bantuan Bank Dunia (yang dimotori AS) karena dianggapnya terlalu ngatur. Sementara Prabowo sudah pasti memiliki catatan tersendiri terhadap Amerika Serikat dan sekutunya yang selama ini memblokir-nya. Keduanya seolah menyiratkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, sebetulnya bisa mandiri.
Dan inilah saatnya. Prabowo atau Jokowi, keduanya seakan berlomba membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang kuat. Siapapun pemenangnya, rakyat Indonesia akan menuju satu level baru dalam kehidupan berbangsa, sekaligus memperteguh posisi dalam konstelasi ekonomi dan politik internasional. Indonesia siap untuk berjaya dengan pimpinan Jokowi atau Prabowo. Kita sebagai rakyat harus memberi dukungan dan kesempatan, terlepas dari segala kekurangan mereka. Jangan sampai kita malah kehilangan moment bertumbuh menjadi negara besar, hanya karena meributkan hal-hal yang tak sebanding dengan kepentingan nasional dan 250 juta rakyat Indonesia.
Satu-satunya musuh besar dan penghambat kemajuan bangsa Indonesia ke depan adalah isu SARA yang gemar ditiupkan oleh berbagai kelompok, baik dari dalam maupun luar negeri karena memang itulah titik lemah kita. Yah, perlu disadari bahwa banyak pihak yang tidak suka bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan besar. Semoga rakyat Indonesia menyadarinya dan tidak cepat terprovokasi atas isu negatif. Ini saatnya rakyat Indonesia menikmati kemenangannya. Tak perlu terkotak apalagi terpecah, siapapun pemenangnya.
Prabowo atau Jokowi? Jokowi atau Prabowo? Memilih salah satunya pastinya menjadi sulit karena keduanya sangat baik. Keduanya sudah terbaik untuk kondisi saat ini. Dengan demikian yakinlah bahwa para pemilih kali ini takkan salah pilih. Jadi siapapun yang terpilih, adalah yang terbaik untuk bangsa Indonesia.
Hayo salaman satu sama lain, karena kita semua sebagai bangsa Indonesia sudah menjadi pemenangnya.
Gambar: Tempo.co, Bisnis.com.
Apakah jiwa dan kemampuan memimpin suatu bangsa bisa diwarisi??? saya memilih Jokowi.