Pihak kepolisian China menangkap setidaknya 21 orang yang terlibat dalam penipuan bisnis investasi online, Ezubao yang melibatkan setidaknya $7,6 milyar (lebih Rp103 triliun) milik 900.000 nasabahnya. Besarnya uang yang terlibat menjadikan kasus Ezubao ini sebagai bisnis bodong terbesar sepanjang sejarah China yang berhasil diungkap. Bagaimana Ezubao mengeruk dana sebesar itu dalam 18 bulan saja?
Ezubao didirikan oleh Ding Ning (34) pada bulan July 2014. Awalnya Ezubao mempromosikan diri sebagai bisnis saling membantu (pinjam-meminjam dana) secara online antar anggotanya. Ezubao mempromosikan bahwa para peminjam akan mengembalikan pijaman dengan bunga 9% -14,6%. Bunga tersebut tentu saja jauh di atas bunga tabungan yang diberikan oleh bank-bank China.
Masyarakat pun berbondong-bondong menginvestasikan dananya untuk mendapatkan pengembalian yang tinggi di Ezubao. Belakangan terungkap bahwa 95% dari para peminjam yang ada dalam sistem tersebut sebetulnya fiktif dan hanya rekaan Ezubao semata. Semua proses pinjam-meminjam, bantu-membantu tersebut diatur sepenuhnya dibalik layar oleh Ezubao. Dengan demikian dana yang disetor nasabah sebetulnya sebagian besar disetor ke Ezubao, bukan antar anggota seperti yang dipromosikan Ezubao.
Pemerintah China yang berhasil mengungkap fakta tersebut menyimpulkan bahwa Ezubao sendiri merupakan skema ponzi (ponzi scheme) alias money game yang berbisnis dengan modus saling memberi pinjaman antar anggotanya. Pihak kepolisian bergerak cepat menyegel dan menyita semua aset Ezubao, termasuk perusahaan yang berkaitan dengan Ezubao. Kantor dan website Ezubao kini tidak bisa diakses lagi.
Pada hari Minggu (31/01), CCTV menyiarkan penggeledahan polisi di kediaman Ding Ning dimana polisi menyita sejumlah kantong berisi 1.200 buku rekening yang disimpan dalam bunker khusus sekitar 6 meter dibawah tanah. Diduga. Din Ming menggunakan rekening tersebut untuk mengatur transaksi bantu-membantu di Ezubao.
Dalam pengakuannya kepada media Xinhua, Ding Ning menyatakan bahwa mereka menciptakan proyek-proyek fiktif untuk menarik investor. Polisi menyelidiki setidaknya 207 perusahaan yang tercatat sebagai bagian dari operasi Ezubao, dan ternyata hanya satu perusahaan yang memiliki transaksi bisnis dengan Ezubao. Perusahaan lainnya tidak memiliki hubungan dengan investasi bodong tersebut.
“Mereka mencuri data perusahaan saya, dan membuat proyek palsu,” kata seorang pengusaha di Anhui. Ia mengaku tidak tahu bahwa bisnisnya muncul di platform Ezubao. Ia baru sadar ketika polisi membekukan rekeningnya.

Kerumunan investor Ezubao di luar kantor pemerintah China.
Ding Ning, sendiri cukup menarik untuk dikenal. Pendidikannya tidaklah tinggi. Ia drop out dari sekolah pada usia 17 tahun. Satu-satunya pengalaman bisnisnya adalah menjadi tenaga penjual di toko milik ibunya. Meski tidak memiliki pengetahuan keuangan ataupun pelatihan teknis yang memadai, Ding Ning meluncurkan bisnis online Ezubao bahkan membuka beberapa kantor cabangnya di China dibawah payung Yucheng Group.
Untuk menarik perhatian, Ezubao beriklan besar-besaran termasuk disiarkan oleh CCTV, sebuah media ternama pemerintah China. Ezubao pun makin berkibar dan dalam waktu singkat menarik banyak dana investor. Website pemerintah China, gov.cn tidak ketinggalan menampilkan wawancara eksklusif dengan Ding Ning yang waktu itu dicitrakan sebagai pengusaha muda nan sukses. Namun belakangan, wawancara ini dihapus dari website tersebut.
Xihnua juga mengulas gaya hidup Ding yang sangat mewah seperti pembelian villa mewah seharga $20 juta di Singapura dan cincin berlian pink seharga $1,8 juta bagi rekan bisnisnya, Zhang Min. Zhang Min sendiri menjabat sebagai presiden Yucheng Global, juga ditangkap setelah mengakui bahwa operasi yang mereka lakukan hanyalah money game semata, bukan bisnis investasi yang nyata.
Menyusul penutupan Ezubao, sejumlah besar investor muncul dan melakukan protes terbuka di berbagai kota kepada pemerintah China karena tidak bisa menarik dana mereka dari Ezubao. Mereka mengantri di luar kantor pemerintah dan menuntut uang mereka kembali. The Assosiated Press melaporkan bahwa seorang investor dari China Utara yang kehilangan uangnya sebesar $80.000 (lebih Rp1 milyar) memposting pernyataan online untuk melancarkan petisi kepada pemerintah. Namun, polisi China segera menyita handphone dan komputernya. Nasib dana investasinya pun makin runyam.
Para pengamat melihat bahwa mega kasus Ezubao ini sebetulnya hanyalah sekeping dari maraknya bisnis keuangan bodong yang marak di China. Pemerintah China diingatkan untuk mewaspadai dampak dari bisnis yang tak juga mampu diregulasi dengan baik sampai kini. Di tahun 2015 saja, sekitar Rp448 triliun uang masyarakat China raib tertelan aneka investasi bodong yang marak seantero negeri tirai bambu.
Fu Weigang, peneliti pada Shanghai Institute for Finance and Law berpendapat bahwa kesulitan untuk mendapatkan pinjaman dari sistim perbankan China yang didomninasi pemerintah, membuat masyarakat berpaling pada bisnis pinjaman tak resmi. Hal ini memicu munculnya beragam modus skema ponzi, mulai dari skala rumahan hingga investasi bodong berskala besar. Ezubao memanfaatkan celah ini dan dengan bantuan internet, investasi bodong ini meluas tak terkira di seantero China.
Fenomena yang sama juga sebenarnya mengancam rakyat Indonesia. Beragam modus bisnis dan investasi bodong silih berganti merampok uang masyarakat hingga kini. Namun regulasi tak kunjung kuat untuk memagari rakyat Indonesia dari tipu-tipu money game semacam ini. Pemerintah baru terdengar sesekali menutup investasi bodong bila sudah jatuh korban.
Tahukah Anda bisnis bodong kembaran Ezubao yang ada di Indonesia saat ini?
(Sumber: AP, smh.com.au, Xinhuanet.com).
Anda punya masukan, informasi atau komentar? Sampaikan di sini..