Pengaruh Politik Pelantikan Jokowi – JK terhadap IHSG

Jokowi-JKBeberapa waktu belakangan ini, kita mendapatkan pelajaran praktis bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dapat naik atau turun bukan semata karena pengaruh perekonomian nasional dan global, tetapi juga karena keputusan-keputusan politik di tingkat atas. Ujian dari sektor ekonomi global telah beberapa kali berhasil dilalui Indonesia dengan tetap mempertahankan pertumbuhan yang tinggi meski seluruh dunia terpengaruh krisis ekonomi. Termasuk guncangan ekonomi padaperiode 2007 – 2008 lalu. Penanaman modal asing (PMA) pun mencatatkan rekor-rekor baru. BKPM melaporkan bahwa realisasi investasi sepanjang semester III 2014 menacatat titik tertinggi sepanjang sejarah Indonesia yaitu Rp119,9 triliun. Hal ini merupakan indikator meningkatnya kepercayaan para investor asing terhadap stabilitas perekonomian Indonesia.

Lalu bagaimana pengaruh perpolitikan pasca pemilu terhadap IHSG?

Pemilu yang baru saja kita lewati bisa jadi merupakan pemilu paling menarik yang pernah ada. Bagaimana tidak, 2 orang tokoh yang sangat berbeda latar belakang, tetapi memiliki pengaruh yang sangat kuat bertarung memperebutkan posisi puncak di negeri besar dengan penduduk sekitar 250 juta ini. Pertarungan sengit di kalangan akar rumput cukup memanaskan suasana, sehingga menimbulkan berbagai sentimen. Ada optimisme, ada pula kekuatiran bahkan ketakutan. Pergerakan, statemen, sikap dan perilaku para elit yang bertarung di pemilu ini pun secara tidak langsung berimbas pada pergerakan IHSG.

Lihat saja menjelang pemilu kemarin, pasar sepertinya menunggu-nunggu  dalam harap pada Jokowi. Terbukti ketika Jokowi akhirnya resmi dicalonkan sebagai kandidat presiden oleh ketua umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, IHSG langsung naik 123 poin (3,1%) ke level 4.852,737 (14 Maret 2014). Padahal bursa Asia waktu itu umumnya tertekan ke zona merah.

Ketika hasil pemilu 9 Juli 2014 untuk sementara mengunggulkan Jokowi, lagi-lagi pasar merespon positip. IHSG beranjak lagi 3,2% ke posisi 4.878. Namun situasi bursa belumlah tenang. Maklum, pengumuman resmi baru akan dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum hampir 2 minggu setelahnya yaitu tanggal 22 Juli 2014. Selama masa menunggu, berbagai asumsi berkembang karena pemberitaan di media juga tak kalah hangat. Namun gejolak IHSG ternyata tidak terlalu ekstrim. Sepertinya pelaku pasar modal memahami bahwa ketegangan hanya terdapat di level elit politik, tetapi tidak terlalu terasa di masyarakat. IHSG pun semakin percaya diri dan menembus level 5000. Seminggu sebelum pengumuman KPU, IHSG sudah mencapai 5.127,30 (16 Juli 2014).

Baca juga: Jokowi dan Prabowo: Kemenangan Indonesia

Ketika pasangan Jokowi – JK secara resmi akhirnya dimenangkan lewat pengumuman KPU dan Prabowo Subianto menyatakan mengundurkan diri dari proses pemilihan presiden, pasar tidak terlalu bereaksi. Terbukti IHSG hanya turun sedikit, sekitar 43,60 poin atau 0,85%. JK menanggapi hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar, dan tidak mesti dihubungkan dengan sikap Prabowo.

Namun beragam akrobat politik yang dipertontonkan para elit masih memberi pesan negatif ke lantai bursa. Yang paling menyolok adalah saat penentuan koalisi parlemen, dimana Koalisi Merah Putih (KMP) yang dimotori partai-partai pengusung Prabowo memenangkan usulan tentang pengembalian mekanisme pilkada kepada DPRD, IHSG langsung turun 1,73%. Proporsi pimpinan MPR – DPR pun tidak terlalu berpihak kepada Koalisi Indonesia Hebat. Gejala ini ditanggapi pasar dengan kekuatiran bahwa Jokowi akan kesulitan menjalankan programnya bila tidak didukung oleh legislatif yang kuat. Namun demikian, sejumlah sumber menyatakan bahwa IHSG dan nilai Rupiah saat itu justru akibat tingginya impor BBM serta kenaikan suku bunga the Fed Amerika.

Akan tetapi pengaruh politik sepertinya tetap kuat. IHSG pun belum percaya diri untuk kembali membaik ke posisi 5000. Beberapa hari ini, posisi bursa sepertinya menunggu aksi penting yang dapat meningkatkan kepercayaan investor. Siapapun tidak akan nyaman menyimpan uang di tempat yang tak nyaman bukan? Gejala ini pun nampaknya dipahami benar oleh para elit politik yang juga kebanyakan pengusaha. Sinyal-sinyal rekonsiliasi pun bermekaran, terlebih pimpinan MPR terlihat cukup aktif menyuarakan sikap-sikap persahabatan yang menentramkan media.

Abu Rizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar sekaligus salah satu tokoh utama KMP bertemu Jokowi secara pribadi. Pertemuan ini jelas sangatlah bersejarah setelah pertarungan yang demikian sengit. Aroma positip pun bertebaran di jagad perbincangan ekonomi. Puncaknya, tanggal 17 Oktober 2010, Jokowi mendatangi Prabowo. Pertemuan keduanya menyiratkan rekonsiliasi, persahabatan bahkan pernyataan dukungan Prabowo terhadap Jokowi sebagai pemimpin yang disebutnya “Patriot.” Prabowo pun berpesan kepada seluruh kader partainya untuk mendukung tetapi tetap mengkritisi pemerintahan Jokowi.

Penantian pasar sepertinya berakhir manis. Beberapa saat setelah pertemuan itu, bursa pun bergerak ke zona hijau, meningkat sekitar 0.94% (46,524 poin) ke level 4.998,138. Berikutnya pergerakan bursa semakin aktif tak tertahan menembus kembali angka 5000, meski bursa regional cenderung melemah.

Pada pelantikan Jokowi – JK sebagai presiden dan wakil presiden RI hari ini, wajarlah bila harapan investor cukup tinggi. Namun demikian, sama seperti masa awal pemerintahan Obama, Jokowi – JK ditantang dengan setumpuk permasalahan warisan pemerintahan sebelumnya seperti tingginya angka subsidi BBM yang menggerogoti anggaran negara, rendahnya penerimaan perpajakan, reformasi birokrasi yang tak kunjung usai, perilaku korupsi di berbagai level pemerintahan, infrastruktur yang buruk, angka pengangguran cukup tinggi sampai dengan perampokan kekayaan alam yang masih berlangsung secara masif. Karena itu, sebaiknya tidak mengharapkan lonjakan bursa yang terlalu signifikan diawal pemerintahan.

Namun demikian, harapan baru tidaklah mesti layu sebelum berkembang. Jokowi – JK merupakan kombinasi pas yang memiliki integritas dengan dukungan kreatifitas profesionalisme yang mungkin tiada banding. Kita telah melihat sentuhan tangan dingin mereka yang terkadang bergerak cepat tak terduga namun sering membuat tidak nyaman para perampok uang negara. Akan banyak kejutan-kejutan dalam program kerja keduanya yang pasti akan menjadi surprise bagi dunia usaha maupun pemerintahan. Reaksi bisa positip atau negatif. Hanya saja, kedua tokoh ini memiliki pribadi yang kuat dan keberpihakan kepada kedaulatan bangsa. Dalam jangka panjang, posisi ini akan menguatkan perekonomian Indonesia yang sekali lagi akan membawa efek positip bagi IHSG. Bagi para investor yang memiliki tujuan-tujuan janga panjang bisa jadi pemerintahan ini merupakan benih investasi yang baik.

Sisi positipnya lainnya lagi adalah, keduanya mendapatkan dukungan kepercayaan publik yang luar biasa. Hal ini terlihat dari spontanitas masyarakat dalam menyambut pelantikan Jokowi – JK. Semoga ini menyiratkan bahwa Jokowi – JK akan bisa mengambil kebijakan-kebijakan tidak populis sekalipun tanpa terlalu kuatir akan gejolak di akar rumput. Dengan demikian, investor akan tetap nyaman mendanai eskpansi usaha dan pemerintahan karena Indonesia akan berkembang maju sesuai harapan kita semua.

Semoga. Selamat berkarya Jokowi – JK!

Anda punya masukan, informasi atau komentar? Sampaikan di sini..

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: