Nama Lo Kheng Hong bisa jadi tidak terlalu terkenal. Tetapi di kalangan investor dan kalangan hartawan, ia menjadi, pakar saham, sumber ilmu dan inspirasi tentang bagaimana menjadi kaya secara benar dari saham. Di kalangan investor ia dikenal sebagai Warren Buffet-nya Indonesia, merujuk ke orang terkaya dunia yang juga membangun asetnya dari lembaran saham. Lo Kheng Hong menjadi fenomenal dengan ucapannya bahwa ia ingin menjadi kaya sambal tidur.
Di lain waktu ia mengatakan bahwa jika ingin kaya, masuklah ke investasi pasar modal (saham). Tanpa mendirikan saham atau memiliki usaha, asetnya kini diperkirakan lebih Rp2,5 triliun!
Sebagai investor saham yang sukses, ia menikmati waktu yang lebih lowong untuk melakukan apa yang ia sukai, termasuk bepergian ke mancanegara. Menurutnya ada 5 hal yang tidak perlu dimilikinya yaitu: tidak punya kantor, tidak punya pelanggan, tidak punya karyawan, tidak punya bos, dan tidak punya hutang. Semua properti dibeli tunai tanpa menggunakan KPR.
Lalu siapa sebenarnya Lo Kheng Hong, dan bagaimana tipsnya dalam berinvestasi saham yang baik?
Lo Kheng Hong terlahir sebagi sulung dari tiga bersaudara, dari keluarga yang sederhana. Menyadari keterbatasan keluarganya, ia pun tidak kuliah di kampus mahal. Lo Kheng Hong memilih kampus sesuai kemampuan ekonominya. Tahun 1979 ia mulai kuliah di jurusan Sastra Inggris di Universitas Nasional Jakarta, sambil bekerja sebagai tata usaha di PT Overseas Express Bank (OEB). Ia ingat uang kuliahnya hanya Rp10 ribu.
Diusia 30 tahun, tepatnya tahun 1989 Lo Kheng Hong mulai mengenal dan belajar investasi saham. Ia masih ingat saham yang pertama dibelinya adalah saham PT Gajah Surya Multi Finance saat penawaran perdana (Initial Public Offering – IPO). Untuk mendapatkan saham tersebut, ia ikut antri di Gedung BNI, Jl. Hayam Wuruk, Jakarta. Mengapa membeli saham saat IPO? Rupanya Lo Kheng Hong sudah menganalisa, dan melihat ada saham yang sesaat setelah IPO nilainya bisa melonjak tinggi. Namun apa yang terjadi, saham yang dibelinya malah turun dan ia menjualnya rugi. Namun Lo Kheng Hong tidak surut, ia bertekad belajar tentang saham.
Tahun 1990, ia berpindah kerja ke Bank Ekonomi ditempatkan di bagian pemasaran. Setahun kemudian karirnya melesat menjadi kepala cabang. Selama itu pula ia belajar investasi saham secara otodidak. Buku-buku strategi investasi Warren Buffet dilahap habis. Bagi Lo Kheng Hong, ia memilih belajar dari Warren Buffet karena ia sudah terbukti sebagai orang yang kaya dari berinvestasi saham. Povestrtofolio sahamnya pun meningkat. Akhirnya di tahun 1996, setelah 17 berkarir di Bank Ekonomi, Lo Kheng Hong memutuskan berhenti bekerja agar bisa fokus sebagai investor saham.
Artikel terkait: Belajar Investasi Saham
Lalu apa sih yang mendorongnya memilih saham sebagai sumber penghidupan?
Menurut Lo Kheng Hong, saham sangat berpotensi membuat orang lebih kaya. Potensi keuntungannya jauh lebih besar dibanding investasi riil lainnya. Itulah sebabnya ia tidak tertarik berinvestasi emas atau properti, misalnya. Selain itu, investor saham memiliki waktu luang lebih banyak. Investor saham merupakan pemilik perusahaan, tetapi tidak perlu pusing mengelola perusahaan, mengurus karyawan, pelanggan.
“Saya juga tidak pernah membeli emas, karena emas tidak produktif. Jika kita simpan emas 1 kg, maka 10 tahun lagi tetap 1 kg. Dan saya juga tidak membeli dolar. Orang yang menyimpan dolar umumnya mengharapkan hal yang buruk terjadi, krisis ekonomi, negara tidak stabil, agar rupiah melemah dan dia memperoleh keuntungan,” ungkapnya kepada Majalah SWA.
Dengan demikian, investor sebagai sleeping partner suatu usaha bisa lebih leluasa menggunakan waktunya untuk melakukan hal-hal lain yang disukainya. Setiap hari ia melakukan apa yang disebutnya RTI: reading, thinking, dan investing. Ia membaca setidaknya 4 koran langganannya setiap hari, membuka website BEI, dan sumber informasi lainnya untuk menambah pengetahuan. Ia juga senang membaca buah pikiran Warren Buffet, sang investor idola.
Istilah sleeping partner inilah yang kemudian berkembang bahwa sebagai investor saham, uang bisa terus berkembang selama investornya tidur. Lo Kheng Hong menjelaskan bahwa yang bekerja keras di dalam perusahaan adalah karyawan, para manajer, dan direktur. Namun mereka hanya mendapatkan gaji dan bonus, tetapi tidak berhak menikmati keuntungan perusahaan.
Dengan prinsip ini, Lo Kheng Hong telah mengoleksi saham pilihan dari lebih 30 perusahaan. Salah satunya adalah saham perusahaan peternakan ayam PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI) dimana kepemilikannya mencapai 8,28%. Ia mengaku sahamnya di perusahaan lain tidak lebih dari 5% dari total saham.
Pilihannya terhadap saham MBAI ternyata tepat. Lo Kheng Hong saham MBAI tahun 2005 seharga Rp250 per lembar saham. Ditahun 2011, atau 6 tahun kemudian, nilai saham MBAI sudah menjadi Rp31.500 per lembar, atau meningkat 12.500% hanya dalam tempo 6 tahun. Demikian juga dengan saham perusahaan pelayaran bernama PT Rig Tender Indonesia (RIGS) dibelinya dengan harga Rp800 per lembar saham. Satu setengah tahun kemudian Lo Kheng Hong menjualnya di posisi Rp1.350 per lembar.
Demikian juga dengan 850 juta lembar saham PT Panin Financial yang dibelinya di harga Rp100. Tidak lebih 1,5 tahun kemudian ia menjual saham tersebut di harga Rp260!
Tips Berinvestasi Saham
Lo Kheng Hong bukanlah tipe pedagang saham (trader) yang aktif melakukan jual beli saham setiap hari. Ia adalah tipe investor sejati, yaitu menanam duitnya dalam saham untuk jangka panjang. Baginya, investor jauh lebih menguntungkan dibanding menjadi trader. Hidup juga lebih nyaman, tidak perlu diburu nafsu setiap saat.
Tak urung kesuksesan Lo Kheng Hong di dunia investasi saham selalu menjadi inspirasi. Nasehat-nasehatnya selalu dinanti dan menjadi acuan menarik bagi banyak orang. Berikut adalah beberapa tips suksesnya dalam berinvestasi saham:
- Belajar tidak akan pernah berhenti. Tidak ada orang yang terlalu pintar untuk menjadi investor. Investor berpengalaman juga masih bisa membuat keputusan keliru,
- Saat menilai suatu perusahaan, terlebih dahulu perhatikan manajemen. Apakah perusahaan tersebut dipimpin oleh jajaran manajemen yang baik dan dikelola dengan professional,
- Perhatikan PER (Price Earning Ratio). Ia menyarankan untuk memilih saham perusahaan yang PER-nya minimal lima.
- Fundamental perusahaan merupakan faktor penting. Bagi Lo Kheng Hong, grafik-grafik teknikal diabaikannya karena sering menampilkan data yang tidak sebenarnya,
- Saat tepat untuk masuk investasi saham adalah saat krisis atau saat harga saham lagi pada turun, dan menjualnya saat naik.
Apakah investasi Lo Kheng Hong juga pernah jatuh?
Investasi memang tidak selalu enak. Saham bisa turun naik, menantang jantung. Menurut Lo Kheng Hong, disaat saham tak menentu, disitulah terlihat investor yang sesungguhnya. Ia melihat, kebanyak investor hanya ikut-ikutan. Ramai-ramai masuk pasar, demikian juga kaburnya bareng-bareng. Padahal, keputusan investor yang benar bisa saja sebaliknya.
Prinsip investasinya mengacu pada prinsip Warren Buffet: “Be fearful when the other s are greedy, and be greedy when the others a fearful.” Makanya, berbeda dengan perilaku investor pada umumnya, ia tetap tenang saja dan tidak menjual saham sebuah perusahaan tambang batubara yang justru sedang kolaps.
Kisah lainnya, ia mengenang tahun 2008 saat membeli saham Petrokimia di posisi Rp200. Saham tersebut kemudian anjlok ke harga Rp60. Pada posisi ini kebanyakan orang akan panik dan melepas saham. Namun Lo Kheng Hong berbuat sebaliknya. Disaat saham tersebut jatuh, ia memborong lebih banyak lagi di harga murah. Benar saja, tidak lama kemudian saham Petrokimia naik ke Rp300.
Tentu saja Lo Kheng Hong tidak melupakan investasinya yang jatuh sewaktu krisis finansial tahun 1997-1998. Asetnya habis hingga uang tersisa hanya 15% saja. Namun hal itu tidak membuatnya kapok. Lo Kheng Hong menggunakan sisa uangnya untuk membeli saham, yang akhirnya sudah meningkat berlipat-lipat lebih 150.000%.
Dalam sebuah diskusi ada yang menanyakan, bila semua asetnya diinvestasikan darimana Lo Kheng Hong membiayai hidupnya. Ia menjawab bahwa deviden (bagi hasil keuntungan perusahaan yang sahamnya dibeli) yang diterimanya, lebih dari cukup untuk itu.
(Sumber: SWA, Berita Satu, Liputan6, dll).
haiyya ching chong wong sey laaa ko lo kheng sukron tipsnyee