Beberapa waktu ini bisa menjadi ujian bagi Anda yang berinvestasi di pasar modal (saham, obligasi, atau reksadana). Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa menjadi kerugian yang belum terealisasi, alias belum terjadi bila dulunya Anda membeli saham atau reksadana di posisi lebih tinggi. Tapi bagi mereka yang optimis dengan perekonomian Indonesia, bisa jadi hari-hari ini merupakan saat untuk mulai merencanakan keuntungan investasi.
Bagi para investor, sudah tentu akrab dengan yang namanya tujuan investasi. Yess, sebelum masuk ke dunia investasi, seharusnya seseorang sudah mengetahui tujuannya. Apakah untuk jangka panjang (di atas 5 tahun), menengah (3 – 5 tahun) atau pendek (sampai dengan 3 tahun). Tentu saja angka-angka ini hanya indikator, bida berbeda bagi setiap orang.
Menurut pakar investasi, Elvyn G. Masassya, dalam masa sulit saat ini, sebetulnya investor tidak perlu terlalu kuatir. Yang diperlukan hanyalah merubah sedikit tujuan investasi (ia menyebutnya: horizon investasi) dari jangka pendek menjadi jangka mengah atau jangka panjang.
Investor, Jangan Lupa Tujuan Investasi
Ia menyarankan untuk berstrategi sesuai gaya investasi Anda. Apakah Anda seorang trader ataukah investor sejati. Trader yaitu pemegang saham yang aktif memperdagangkan sahamnya dalam hitungan hari bahkan jam. Sementara seorang investor biasanya membeli saham dan menahannya, tidak menjual sampai bertahun-tahun lamanya.
Tipe investor sebaiknya memilih saham-saham yang sudah terbukti memiliki fundamental baik dan berkapitalisasi besar. Bagaimana menentukannya? Perusahaan pada kategori fundamental baik biasanya terlihat dari peningkatan kinerja saham. Nilai sahamnya secara umum naik, walaupun dalam transaksi harian atau mingguan, nilainya juga turun naik.
Saham yang memiliki fundamental baik tidak perlu terlalu dikuatirkan meski dalam perjalanan nilainya bisa saja turun. tetapi berdasarkan nilai historisnya investor sudah bisa melihat bahwa saham tersebut juga sempat turun dimasa-masa lalu tetapi tetap bisa kembali dan berkinerja baik. Nah, bila saham ini turun nilainya, biasanya investor justu membelinya dengan keyakinan yang sama bahwa nilainya akan kembali naik. Jangan buru-buru menjual saham kategori ini bila nilainya sedang turun.
Demikian juga bila harganya sudah naik sedikit, tak perlu gegabah melakukan penjualan. Apalagi bila target keuntungan Anda belum tercapai. Bukankah horizon investasi Anda jangka panjang? Tunggulah beberapa tahun lagi agar bisa merealisasikan potensi keuntungan yang lebih besar. Bila ekonomi membaik, maka saham-saham yang biasanya lebih cepat pulih adalah saham dengan fundamental yang baik. Itulah saat para investor melihat datangnya fajar keuntungan.
Trader, Jangan Serakah
Bagi para pedagang saham (trader) selain aspek fundamental, perlu juga melihat aspek persepsi (teknikal) suatu saham. Saham yang lagi naik, belum tentu saham bagus. Bisa saja saham tersebut laku hanya karena rumor semata, bukan karena kinerjanya bagus. Rumor tersebut bisa berupa isu rencana bikin pabrik baru, masuknya investor kakap, atau perusahaan akan melakukan akuisisi, dan sebagainya. Jika berita tersebut benar, tentulah akan bermanfaat secara keuntungan. Namun bila ternyata hanya rumor, maka dapat dipastikan harga saham akan segera turun.
Trading berdasarkan rumor memang bisa saja menguntungkan jika dilakukan disaat yang tepat. Namun sangat disarankan untuk tidak serakah. Keuntungan suatu transaksi belum tentu terjadi lagi pada transaksi berikutnya. Karena itu, jangan buru-buru memindahkan alokasi dana dari sisi investasi ke sisi trading. Sebaiknya porsi trading maksimal 20-30% saja dari total investasi Anda. Jika memang tidak terlalu yakin, tidak perlu tergoda melakukan trade. (Kompas. Saham & Nilai Tukar Rupiah)
Baca juga: Belajar Berinvestasi
mantap pak, asal siap hold 1 tahun, saya rasa saat ini tepat buat beli saham
Nah…salah seorang pakar saham kita sudah kasih tips tuh. Thx pak Robert..
oh gitu ok