Lelaki bernama lengkap Giring Ganesha ini awalnya bergaya hidup konsumtif, tanpa perencanaan keuangan yang baik. Untungnya ia cepat menyadari bahwa untuk menjamin kehidupannya lebih terarah secara finansial dalam jangka panjang tidak cukup dengan menabung tetapi ia juga harus berinvestasi. Giring melihat betapa kejamnya inflasi “merampok” uang masyarakat. Dari tahun ke tahun harga-harga semakin meningkat akibat inflasi yang tak tercegah meggerus nilai uang.
“Inflasi itu mengerikan. Harga rumah mahal, resepsi pernikahan mahal, biaya sekolah yang bagus mahal,” kata Giring, sebagaimana dilansir Kontan. Giring yang kini telah menjadi ayah dari 2 anak ini, pun memutuskan untuk mulai belajar investasi.
“Saya beli semua majalah investasi. Setiap hari saya belajar bagaimana memulai investasi, dan menemukan instrumen yang tepat untuk profil resiko saya,” katanya membagi trik. Ia mengakui bahwa dirinya adalah tipe investor yang agresif, alias menginginkan keuntungan tinggi dengan tujuan investasi jangka panjang.
Saham menjadi pilihan
Sebagian investasinya dipercayakan di saham. Karena ingin berinvestasi jangka panjang, Giring lebih memilih saham-saham yang fundamentalnya bagus. Giring pernah menjajal sebagai trader (mentransaksikan sendiri saham-sahamnya). Namun nyatanya seorang trader membutuhkan pengetahuan yang memadai serta waktu yang banyak untuk mengamati pergerakan harga saham. Sebagai vokalis grup musik papan atas dengan segala kesibukannya, Giring merasa kesulitan melakukan trading saham.
Karenanya Giring mengalihkan portofolio investasinya ke saham-saham yang berfundamental bagus. “Setelah beli, cuekin saja. Saya berpikir jangka panjang. Saya nggak suka goreng-goreng saham,” jelasnya. Giring sangat menganjurkan orang Indonesia percaya dan masuk pasar modal. Menurutnya, investor asing saja begitu percaya akan prospek pasar modal Indonesia.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang mempersiapkan dana sekolah anak lewat asuransi pendidikan, Giring memilih instrument investasi Reksadana untuk mengantisipasi kebutuhan biaya sekolah kedua anaknya dimasa depan. Reksadana memang dapat menjadi pilihan mudah karena investasinya tidak mesti besar.
Strateginya cukup terencana. Anak pertamanya, Zidan, akan masuk SMP sekitar 6 tahun lagi. Untuk itu, ia memilih reksadana pendapatan tetap. Lalu, dalam waktu 9-12 tahun kedepan, putranya itu akan melanjutkan ke SMA dan perguruan tinggi. Untuk kebutuhan, Giring mengantisipasinya dengan berinvestasi di reksadana saham. Untuk anak keduanya, Amira yang akan masuk TK pada 2-4 tahun mendatang, Giring memilih reksadana pasar uang untuk membiayainya.
“Istri saya juga berinvestasi dan memilih emas sebagai instrumen yang likuid,” katanya sedikit membuka rahasia. Untuk jangka waktu yang lebih panjang lagi, Giring berinvestasi di properti. Ia berencana mempersiapkan rumah untuk setiap anaknya. Dengan berbagai strategi pengelolaan aset itu, Giring ingin beristirahat dan pensiun sedini mungkin di umur 50 tahun dan bisa menyekolahkan anaknya ke luar negeri.
Bagaimana strategi investasi Anda?
Anda punya masukan, informasi atau komentar? Sampaikan di sini..