Start up (usaha rintisan) yang baik harus mampu memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan banyak orang. Rumusan mendasar ini juga terlihat dari ide pendirian Triponyu, sebuah start up asal kota Solo yang mempertemukan calon pelancong dengan pemandu wisata lokal. Hasilnya, semakin banyak masyarakat Solo yang bisa menikmati rejeki dari pariwisata lokal.
Pariwisata memang sedang menggeliat mendatangkan rejeki ke daerah-daerah yang mampu mengembangkan sektor ini. Namun, disayangkan bahwa di banyak daerah wisata, porsi rejeki tidaklah terbagi dengan baik. Banyak warga lokal yang hanya menjadi penonton atau hanya bisa mengais rejeki terbatas dari perkembangan ekonomi pariwisata.
Selain itu, dalam wisata konvensional tidak semua potensi daerah bisa tergali, Kebanyakan tour wisata hanya melewati kantong-kantong wisata yang memang sudah punya nama. Akibatnya, daerah-daerah sekitar semakin jauh dari harapan memperoleh berkah wisata.
Ketimpangan ini ditangkap oleh Agustinus Adhitya dan Alfonsus Aditya, yang kemudian sepakat merintis pendirian Triponyu untuk membantu membuka jalan bagi warga biasa berkesempatan mendukung pariwisata Solo sekaligus mendapatkan rejeki. Triponyu pun diluncurkan dengan tagline: “Connecting people and happiness.”
Ide sederhananya adalah membangun aplikasi online dimana para pelancong bisa berhubungan langsung dengan masyarakat lokal sebagai tour guide atau pemandu wisata.
Namun pekerjaan tidak semudah yang dibayangkan. Untuk menyiapkan tenaga pemandu yang handal, Triponyu melatih penduduk lokal bagaimana melayani tamu dengan baik, menjadi tuan rumah yang tanggap, pengenalan wisata kuliner lokal, standar kebersihan layanan, rute wisata, sampai aspek keamanan wisatawan.
Masyarakat lokal yang menjadi pemandu wisata pun disebut sebagai “teman” sehingga mereka memiliki kedudukan yang setara dengan wisatawan yang dipandu dalam perjalanan.
Perjalanan tour Triponyu juga terbilang unik karena melibatkan komunitas wisata lokal yang mungkin sering terlewatkan. Para wisatawan dipastikan mendapatkan kesempatan mengalami langsung warisan budaya lokal seperti belajar menari bersama anak-anak kampung, membatik bersama para pengrajin, membuat kerajinan unik, menyusuri pasar-pasar tradisional, sampai belajar meramu jamu. Selain itu, kesempatan menikmati kuliner lokal menjadi bagian dari paket tour.
Saat menelusuri web Triponyu akan ditemukan beragam paket wisata yang dirancang secara mandiri masyarakat lokal layaknya operator wisata profesional. Dengan demikian masyarakat bebas menyajikan apa yang menarik dari daerahnya. Demikian juga penentuan harga paket, semuanya dilakukan oleh penyedia tour, sehingga sangat transparan. Dari harga yang ditawarkan, 93% akan menjadi hak penyedia wisata, sementara 7%-nya masuk ke Triponyu.
Secara perlahan kehadiran Triponyu telah meningkatkan partisipasi nyata masyarakat untuk memajukan pariwisata Solo dan Jawa Tengah pada umumnya.
Inovasi Triponyu dalam mensejahterakan masyarakat dan memajukan pariwisata lokal berhasil mengungguli nominator lainnya di ajang UNWTO Awards 2018 untuk kategori Non-Government Innovation. UNWTO merupakan badan PBB yang mengurusi dunia pariwisata.
Agustinus Adhitya yang hadir menerima penghargaan tersebut di Madrid, menyambut gembira kemenangan Triponyu. “Mari kita jadikan pariwisata Indonesia menjadi yang terbaik. Ini bukan capaian akhir, namun ini adalah awal,” tandas Adhitya. Menteri Pariwisata, Arief Yahya yang turut hadir bersama team Wonderful Indonesia menyatakan bahwa prestasi Triponyu jadi momentum untuk terus mengibarkan pariwisata Indonesia.
Yang jelas Triponyu telah berhasil mewujudkan ide sederhana, yang kebetulan juga membawa manfaat sosial dan ekonomi bagi banyak orang. Bagaimana dengan idemu?
Anda punya masukan, informasi atau komentar? Sampaikan di sini..