Selama tahun 2014, total nilai aktiva bersih (NAB) reksadana telah mencapai Rp 266,22 triliun atau meningkat sebesar 21,4 persen dibandingkan NAB akhir tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp 219,12 triliun. “Dana kelolaan meningkat sepanjang 2014 sejak awal hingga akhir tahun ini,” terang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida dalam konferensi pers “Akhir Tahun 2014 Pasar Modal Indonesia” di Bursa Efek Indonesia, Selasa (30/12).
Data OJK menunjukkan bahwa NAB reksadana yang melakukan penawaran umum mengalami peningkatan sebesar 24,61 persen menjadi Rp 239,93 triliun dari Rp 192,54 triliun. Sedangkan NAB dari penyertaan terbatas menurun sebesar 1,09 persen menjadi Rp 26,29 triliun dari Rp 26,58 triliun.
Investasi reksadana sepertinya semakin diminati masyarakat. Hingga 29 Desember 2014 terdapat 890 produk reksadana, termasuk 202 yang efektif sepanjang tahun 2014. Produk reksadana tersebut dikelola oleh 77 perusahaan manajer investasi dan yang menyimpan asetnya dalam 17 bank kustodian.
Tingkat kepercayaan masyarakat investor terhadap industri reksadana juga semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah unit penyertaan yang beredar. Pada 24 Desember 2014, jumlah unit penyertaan menjadi 143,20 miliar, atau meningkat 18,7 persen dibandingkan Januari 2014 sebesar 120,64 miliar.
Selain edukasi yang terus dilakukan OJK, daya tarik imbal hasil (return) reksadana memang memikat. Menurut Infovesta (30/12), reksadana saham dalam satu tahun terakhir mampu memberi hasil sampai dengan 43,21% (reksadana campuran) dan 47,66% (reksadana saham). (Artikel terkait: Mengenal Investasi Reksadana).
Sementara disisi lain, pilihan investasi seperti properti tidak terlalu cerah. Bank Indonesia mencatat kenaikan harga properti pada kuartal III 2014 hanya 6,53%. Demikian juga emas masih memprihatinkan karena harganya yang cenderung terus fluktuatif menurun. Belum lagi bila mempertimbangkan inflasi 2014 yang mencapai 8,36%, maka investasi di deposito juga boleh dikata hampir tidak memberi hasil lagi.
Tidak heran bila pilihan investasi banyak beralih ke reksadana. “(Hal) itu tercermin dari net subscription sebesar Rp 29,42 triliun selama periode tersebut,” kata Nurhaida.
Menurut Nurhaida, membaiknya kondisi pasar modal dan makroekonomi berdampak positif pada kinerja reksa dana. Hal ini didukung dengan edukasi yang intens kepada masyarakat investor sehingga mereka lebih memahami potensi keuntungan dan risiko reksadana.
Anda punya masukan, informasi atau komentar? Sampaikan di sini..