3 Remaja Menemukan Rp400-an juta di dalam sofa

Russo-Reese-$-40000-bubblenews.com

Gambar: Bubblenews.com

Apa yang Anda lakukan bila menemukan uang Rp460 juta? Tiga siswa dari New York menemukan $40.000 (sekitar Rp460 juta) dalam sofa bekas yang mereka beli dari toko barang amal Salvation Army, seharga $20. Ketiganya tentu saja terkejut luar biasa, tetapi apa yang mereka lakukan?

Reese Werkhoven, siswa pada Mount Holyoke College, bersama temannya Cally Guasti dan Lara Russo sedang menikmati sofa yang baru saja mereka angkut dari toko bekas. Tanpa sadar tangan Reese menemukan amplop plastik dibawah sandaran tangan sofa tersebut. Didalamnya terdapat uang pecahan $20 senilai $700 (hampir Rp8 juta).

“Saya hampir ngompol,” kata Reese menggambarkan keterkejutannya. “Kalau bersihin sofa biasanya cuma ketemu pecahan sen-senan. Kalau pas ketemu 5 dollaran, saya biasanya dah senang banget.”

Ketiganya mulai memeriksa sofa tersebut lebih seksama.

“Saat menemukan $1.000 (sekitar Rp11.500.000), kami pikir sudah memeriksa semuanya,” kata Gasti. Ternyata, setelah 20 menit mengecek keseluruhan body sofa tersebut, mereka mengumpulkan sekitar $40.000!

Masalahnya, uang itu milik siapa? Mereka tidak menemukan petunjuk apapun. Tidak ada nama, catatan, atau info apapun yang bisa membantu menemukan pemiliknya.

Tetapi Russo tidak menyerah. Ia terus memeriksa dan akhirmnya menemukan nama seorang wanita di salah satu amplop.

“Kami berdiskusi panjang soal moral terkait uang tersebut,” kata Russo. “Kami sepakat bahwa kami harus mengembalikannya kepada pemiliknya, siapapun dia. Itu bukan uang kami.”

Mereka masing-masing juga menelpon orang tuanya, dan jawaban mereka pun hampir sama: Jangan pakai uang tersebut. Jangan bilang ke siapapun. Cari wanita yang namanya di amplop itu. Pastikan apakah wanita tersebut pemilik uangnya.

Tetapi masalahnya bukan itu saja.

Bagaimana jika uang tersebut adalah milik pegedar narkoba? Bagaimana jika uang tersebut palsu? Atau pemiliknya sudah mati? Bagaimana jika pemiliknya ternyata orang jahat?

Russo menelpon ibunya. “Ibu saya bilang bahwa saya punya kompas moral yang baik. Jika saya pikir pemiliknya adalah orang jahat, maka saya tidak akan menyerahkan uang tersebut kepadanya. Haduh, ini sangat membingungkan. Bagaimana saya memutuskannya?”

Berbagai kemungkinan mereka bicarakan malam itu. Termasuk, kemungkinan tidak mengembalikannya tetapi membagi uang itu diantara mereka.

“Saya akan belikan mobil baru untuk mama,” kata Reese. “Mobil mama saat ini sangat parah dan saya sangat ingin memberi kejutan dengan sebuah mobil baru.”

Rencana lainnya bermunculan seperti membayar pinjaman sekolah atau liburan keliling dunia.

Russo dan Reese dengan tumpukan uang $40.000.

Russo dan Reese dengan tumpukan uang $40.000.

Menjaga Rahasia

Pagi berikutnya, seperti biasa Russo dan Guasti pergi bekerja dan Reese ke sekolah. Ketiganya memiliki rahasia besar yang tentu saja tidak akan diceritakan kepada siapapun.

Sekitar jam 11 siang, ibu Reese menelpon dan memberitahukan bahwa ia menemukan nama wanita yang diamplop tersebut di buku telepon. Lalu Reese meelpon wanita tersebut. Pertama-tama ia memastikan nama wanita tersebut. Reese kemudian memberitahu bahwa ia baru saja membeli sebuah sofa dari toko amal Salvation Army.

Tak disangka, wanita tersebut berkata, “Oh, saya menaruh banyak uang di sofa itu.”

Reese lalu berjanji akan mengembalikan uang tersebut bersama teman-temannya. Meski demikian, Reese masih ragu karena hanya berbicara di telepon.

Mengembalikan Uangnya

Sore harinya, Reese, Guasti dan Russo pergi ke alamat wanita tersebut di Hudson Valley. Di tengah jalan, mereka kembali berhenti untuk berdiskusi. Bagaimana jika wanita tersebut benar-benar orang jahat. Bagaimana jika saat bertemu dengannya dan ternyata mereka memutuskan untuk tidak menyerahkan uang tersebut.

Mereka tidak menemukan solusinya. Sementara kawasan yang mereka lewati cukup mencurigakan. Ada tanda-tanda peringatan “awas ada anjing” di beberapa rumah. Mereka juga melihat beberapa rumah dilengkapi kamera keamanan.

Akhirnya mereka menemukan rumah tersebut tiba di sebuah pemukiman yang cukup sederhana. Terasnya keabu-abuan dengan cat yang mengelupas. Pintu depannya berderit ketika terbuka perlahan.

“Kekuatiran saya segera sirna ketika saya melihat putri dan cucu wanita tersebut menyambut kami di pintu, “kenang Reese. “Saya langsung yakin bahwa mereka adalah orang baik-baik.”

“Saat kami menyerahkan uang tersebut, wanita tua itu mengatakan bahwa ia merasa seolah almarhum suaminya hadir di ruangan tersebut,” kata Guasti.

Dalam wawancara selanjutnya, dimana wanita tersebut minta namanya tidak dipublikasi, ia menjelaskan perihal uang tersebut.

Suaminya dulu mengidap penyakit jantung, dan tahu bahwa usianya semakin terbatas. Suaminya rutin memberikannya uang setiap minggu untuk ditabung. Selama 30 tahun, wanita tersebut “menabung” ke dalam sofa di depan tv yang juga ia pakai untuk tidur. Setelah suaminya meninggal, wanita itu tetap bekerja sebagai penjual bunga. Ia juga masih rutin menyimpan uang dalam sofa tersebut hingga suatu hari ia harus menjalani operasi punggung. Setelah itu ia harus tinggal di pusat pemulihan selama beberapa bulan.

Atas saran dokter, puteri dan menantunya mengganti sofa tersebut dengan tempat tidur agar ia bisa tidur dengan labih nyaman. Mereka pun menyumbangkan sofa tesebut ke toko amal Salvation Army. Untungnya sofa tersebut dibeli oleh orang-orang muda yang juga bermoral baik.

“Kami tadinya tidak memilih sofa tersebut,” kata Russo. “Sofanya sudah jelek dan agak bau, tapi hanya sofa tersebut yang ukurannya pas dengan ruangan kami.”

Wanita tua tersebut berterima kasih dan memberikan masing-masing $1.000 kepada Russo, Guasti, dan Reese karena telah mengembalikan tabungannya itu. (thelittlerebellion.com)

Anda punya masukan, informasi atau komentar? Sampaikan di sini..

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: