Peneliti Harvard dan Baylor: Indonesia adalah Negara yang Penduduknya Paling Sejahtera

Menurut penelitian terbaru Global Flourishing Study (GFS) yang komprehensif menemukan bahwa Anda tidak perlu tinggal di negara-negara terkaya untuk “hidup makmur” (flourish), yang dalam hal ini didefinisikan sebagai “pencapaian relatif dari suatu keadaan di mana semua aspek kehidupan seseorang berjalan dengan baik, termasuk konteks tempat orang tersebut tinggal.” Berikut penjelasan lengkapnya.

Dilaksanakan antara tahun 2022 dan 2024, survei ini bertujuan untuk memperluas cakupan tahunan laporan World Happiness Index, yang sering kali menampilkan negara-negara Nordik sebagai negara paling bahagia di dunia. Namun menurut para ilmuwan di balik GFS – Byron Johnson, Tyler J. VanderWeele, dan Brendan Case, barometer tersebut tidak menggambarkan “kepenuhan kesejahteraan.”

Untuk menentukan di mana orang-orang hidup makin makmur sejahtera, para peneliti di Universitas Harvard dan Baylor menganalisis data yang dikumpulkan oleh Gallup dan tanggapan survei dari lebih dari 200.000 orang di 22 negara selama lima tahun. Indeks perkembangan memperhitungkan kebahagiaan dan kepuasan hidup penduduk, kesehatan mental dan fisik, makna dan tujuan, karakter dan kebajikan, dan hubungan sosial yang erat.

Indonesia menduduki puncak daftar dengan skor perkembangan gabungan tertinggi, diikuti oleh Israel, Filipina, dan Meksiko.

“Meskipun banyak negara maju melaporkan tingkat keamanan finansial dan evaluasi hidup yang relatif lebih tinggi, negara-negara yang sama ini tidak berkembang pesat dalam hal lain, sering kali melaporkan makna, pro-sosialitas, dan kualitas hubungan (manusia) yang lebih rendah,” tulis para peneliti dalam artikel opini New York Times, 30 April 2025.

Tiga perempat responden di Indonesia mengaku menghadiri kegiatan keagamaan setidaknya seminggu sekali, misalnya, memberikan konteks mengapa keterhubungan sosial mereka lebih tinggi daripada penduduk di negara lain.

“Indonesia sering kali dikontraskan secara tidak menguntungkan, misalnya dengan Jepang dalam diskusi tentang pembangunan internasional, yang disebut sebagai contoh dari apa yang disebut perangkap pendapatan menengah, di mana pertumbuhan ekonomi terhenti sebelum mencapai tingkat pendapatan tinggi,” papar para peneliti. “Ini benar, sejauh ini, tetapi studi kami menunjukkan bahwa fokus pada pertumbuhan ekonomi hanya menunjukkan sebagian dari cerita.”

“Kami bertiga memahami kebahagiaan, atau kemajuan, secara lebih luas: sebagai keadaan di mana semua aspek kehidupan Anda relatif baik, termasuk lingkungan sosial tempat Anda tinggal,” tulis para ilmuwan.

Kalau World Happiness Report tahunan memperhitungkan apakah orang menjalani kehidupan terbaik yang dapat mereka bayangkan, penelitian Global Flourishing Study tentang kemakmuran ini melihat lebih jauh dari sekadar kebahagiaan individu untuk mempertimbangkan kesejahteraan lingkungan seseorang.

“Sementara istilah ‘kemakmuran’ dan ‘kesejahteraan’ sering digunakan secara bergantian, kemakmuran dapat dikatakan memiliki konotasi bahwa lingkungan itu sendiri juga mendukung pertumbuhan dan menjadi bagian dari kemakmuran seseorang,” penulis menjelaskan. Mereka menemukan bahwa kekayaan suatu negara tidak terlalu memengaruhi persepsi penduduk tentang kemakmuran.

Baca juga: Tips Agar Hidup Bahagia, Tanpa Banyak Penyesalan

Dalam kelima aspek yang diukur, Indonesia memperoleh skor tertinggi dengan 8,47 poin. Jepang menunjukkan tingkat kemakmuran terendah dengan 5,93 poin. Hong Kong dan Tiongkok masing-masing berada di peringkat ke-16 dan ke-17, sedikit lebih baik dalam hal kemakmuran daripada Jerman, Swedia, Australia, dan Inggris, tetapi di bawah Amerika Serikat. Israel adalah satu-satunya negara maju yang berhasil masuk dalam lima besar GFS 2025.

“Klaim yang dibuat di sini bukanlah pernyataan kausal tentang produk domestik bruto yang menurunkan makna,” tulis penulis. “Sebaliknya, hasil yang diinginkan masyarakat mungkin adalah hasil dengan tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi dan tingkat makna yang tinggi, dan pertanyaannya kemudian adalah bagaimana mencapainya.”

Bagaimana menurut Anda? Setujukah Anda bahwa kemakmuran tak sekedar angka-angka GDP yang tinggi melainkan juga kehidupan sosial yang lebih menyenangkan dan membahagiakan yang masih banyak dinikmati di Indonesia? (AL)

Anda punya masukan, informasi atau komentar? Sampaikan di sini..